Perpustakaan dan teknonogi informasi (TI)
Manajemen perpustakaan yang
kian berkembang perlu memanfaatkan kehadiran teknologi informasi
khususnya komputer. Teknologi ini tidak hanya memberikan kemudahan
layanan tapi menjadikan informasi lebih akurat, cepat, , dan mudah
diakses. Lewat dukungan TI, pustakawan pun dapat meningkatkan fungsi dan
perannya untuk memberi jasa informasi. Keberhasilan perpustakaan
menjalankan peran dan fungsinya, bisa diukur dari banyaknya user
memanfaatkan layanan yang diberikannya.
Variasi data dan bahan
pustaka yang diminta juga makin luas, kebutuhan ini tidak dapat lagi
dipenuhi jika perpustakaan hanya mengandalkan sistem manual. Peran TI
mengambil alih sebagian besar kegiatan dalam perpustakaan.
Penyelenggaraan sistem informasi berbasis teknologi informasi dapat
dikembangkan sendiri, atau memanfaatkan software yang dikembangkan
vendor seperti CDS\ISIS, NCI-Bookman.Yang penting pustakawan memahami
output yang diharapkan dari sebuah sistem informasi.
ILMU PERPUSTAKAAN
Senin, 08 Oktober 2012
Jenis Perpustakaan
Setiap perpustakaan mempunyai tujuan,
organisasi, anggota, dan kegiatan yang berlainan. Oleh karena adanya
perbedaan dalam tujuan, organisasi induk, anggota dan kegiatannya maka
timbullah berbagai jenis perpustakaan. Terdapat beberapa jenis
perpustakaan, yaitu perpustakaan internasional, perpustakaan nasional,
perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, dan
perpustakaan perguruan tinggi.
Perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat, oleh karena adanya masyarakat umum (yang tidak dibedakan lapisan, golongan, lapangan pekerjaan, dan lain-lain) yang akan menggunakan dan menjadi sasaran layanan perpustakaan. Perpustakaan umum memiliki tujuan utama yaitu memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik, menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, murah bagi masyarakat, serta membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan referensi serta sarana untuk memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang bersangkutan. Perpustakaan khusus mempunyai tujuan untuk memberikan layanan informasi demi kepentingan dan kelancaran tugas lembaga induknya, karena perpustakaan khusus merupakan bagian dari suatu lembaga atau badan yang integral dari lembaga yang bersangkutan. Oleh karena itu, perpustakaan khusus mengkhususkan diri dalam mengumpulkan dan menyebarkan literatur bidang ilmu pengetahuan atau sekelompok bidang ilmu pengetahuan saja.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah, oleh sekolah, dan untuk kepentingan proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pelayanannya, perpustakaan sekolah harus mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan siswa, ataupun pendidik dan dapat menunjang kurikulum baik yang berhubungan dengan kegiatan intrakurikuler maupun yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga perguruan tinggi induknya, bersama-sama dengan unit kerja bagian lainnya, tetapi dalam peranan yang berbeda. Bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan program Tri Dharmanya.
Perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat, oleh karena adanya masyarakat umum (yang tidak dibedakan lapisan, golongan, lapangan pekerjaan, dan lain-lain) yang akan menggunakan dan menjadi sasaran layanan perpustakaan. Perpustakaan umum memiliki tujuan utama yaitu memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik, menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, murah bagi masyarakat, serta membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi sebagai pusat penelitian dan referensi serta sarana untuk memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang bersangkutan. Perpustakaan khusus mempunyai tujuan untuk memberikan layanan informasi demi kepentingan dan kelancaran tugas lembaga induknya, karena perpustakaan khusus merupakan bagian dari suatu lembaga atau badan yang integral dari lembaga yang bersangkutan. Oleh karena itu, perpustakaan khusus mengkhususkan diri dalam mengumpulkan dan menyebarkan literatur bidang ilmu pengetahuan atau sekelompok bidang ilmu pengetahuan saja.
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah, oleh sekolah, dan untuk kepentingan proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pelayanannya, perpustakaan sekolah harus mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan siswa, ataupun pendidik dan dapat menunjang kurikulum baik yang berhubungan dengan kegiatan intrakurikuler maupun yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari suatu lembaga perguruan tinggi induknya, bersama-sama dengan unit kerja bagian lainnya, tetapi dalam peranan yang berbeda. Bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan program Tri Dharmanya.
Pengertian Perpustakaan
Upaya untuk meningkatkan kecerdasan
bangsa tidak harus selalu melalui jalur pendidikan formal saja, akan
tetapi dapat juga melalui jalur pendidikan nonformal. Oleh karena itu,
diperlukan adanya sarana komunikasi informasi ilmu pengetahuan untuk
disampaikan kepada masyarakat yaitu perpustakaan.
Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainnya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai perpustakaan. Pentingnya perpustakaan diorganisasikan dengan baik agar memudahkan pemakai dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena bahan-bahan yang ada di perpustakaan itu sebenarnya adalah himpunan ilmu pengetahuan yang diperoleh umat manusia dari masa ke masa.
Tugas pokok perpustakaan adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan. Untuk mendukung tugas pokok tersebut, perpustakaan melaksanakan fungsinya antara lain pendidikan, informatif, penelitian, dan rekreatif.
Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainnya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai perpustakaan. Pentingnya perpustakaan diorganisasikan dengan baik agar memudahkan pemakai dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena bahan-bahan yang ada di perpustakaan itu sebenarnya adalah himpunan ilmu pengetahuan yang diperoleh umat manusia dari masa ke masa.
Tugas pokok perpustakaan adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan. Untuk mendukung tugas pokok tersebut, perpustakaan melaksanakan fungsinya antara lain pendidikan, informatif, penelitian, dan rekreatif.
Prospek Jurusan Ilmu Perpustakaaan
Kata siapa jurusan ilmu perpustakaan hanya berkutat pada buku-buku saja?? kalau ada pertanyaan, apakah saya seseorang yang “kutu buku”?? jawaban saya, “tidak juga”. Kata siapa masa depan kita suram setelah kuliah di jurusan ilmu perpustakaan???? justru lulusan dari jurusan ini berpotensi menjanjikan prospek masa depan yang cerah dalam dunia kerja nantinya… Bahkan di luar negeri seperti Universitas-universitas di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa seperti Inggris dan Jerman, jurusan ini yang paling favorit disana!! Mata kuliah di jurusan ini juga nggak monoton tentang perpustakaan aja. Yang menarik karena ada cakupan ilmu komputer yang melingkupi pangkalan data informasi dan peran TI itu sendiri dalam mendukung digital library. Bahkan salah satu dosen saya pernah mengatakan bahwa ada perbedaan antara sub bidang ilmu komputer dengan ilmu perpustakaan. Jika ilmu komputer mengarah ke “pembuat” arsitektur sistem informasinya, maka kita yang berperan “mengorganisir” sistem informasinya agar sampai kepada yang membutuhkan. Hebat bukan????
Kita
akan belajar tentang Database, Teknologi Multimedia, Jaringan Lembaga
Informasi, Manajemen Perpustakaan Digital, Profesi Informasi, Psikologi
untuk Profesional Informasi, Aplikasi Teknologi untuk Pengelolaan
Informasi, dan lain-lain. Belum lagi mata kuliah belanja baik antar
jurusan maupun fakultas yang bisa kita ambil untuk memperkaya ilmu
kita. Yaaa… kalau kita nggak jadi pustakawan paling banter kita bisa
jadi orang yang cukup berkompeten sama bidang yang berbau komputer dan
jasa layanan seperti pengembang perangkat lunak untuk perpustakaan bagi
yang bercita-cita jadi programmer maupun pengembang jasa layanan
informasi seperti konsultan informasi perpusakaan dan arsip suatu
lembaga . Disini juga ada mata kuliah yang mirip-mirip sama manajemen
seperti mata kuliah yang berjudul “Administrasi Organisasi Lembaga
Informasi” dan “Manajemen Perpustakaan”. Mata kuliah itu kental banget
nuansa manajemennya. Kita belajar mulai dari memahami karyawan, ruang
kerja yang efektif hingga tentang pengelolaan sebuah lembaga dengan
teori-teori dari barat dan Asia serta bagaimana mengembangkan dan
memimpin pusat dokumentasi suatu lembaga. Ada juga kuliah yang kental
dengan nuansa riset dan penelitian seperti pengantar metodologi
penelitian kebudayaan dan metode penelitian dasar ilmu informasi. Pun
dengan pengembangan ilmu perpustakaan itu sendiri dari sudut pandang
lain seperti Informasi dalam konteks sosial budaya, pelestarian koleksi
perpustakaan dan arsip seperti preservasi dan konservasi, hal-hal yang
bersifat teknis perpustakaan dalam bidang organisasi informasi seperti
metadata untuk temu kembali informasi, klasifikasi, dan kosakata
indeks, serta analisa kritis mengenai profesi kepustakawanan Indonesia
yang bisa didapat dari mata kuliah profesi informasi.
Jadi
kuliah di perpustakaan nggak melulu tentang buku. Belum lagi seiring
jalannya perkembangan teknologi yang semakin berkembang, mata kuliah
yang berbau teknologi biasanya ditambah terus setiap tahunnya. Belum
lagi kita dapat mata kuliah bahasa Inggris sampai bahasa Inggris
professional. Makin asyik tuh kayaknya….
Dari
mata kuliah yang udah disebutin tadi pasti akan mengarah ke prospek
kerja kita nantinya. Dari mata kuliah yang berbau komputer dan database
tentunya nanti kita bisa menjadi orang yang cukup mumpuni menjadi
pengelola database atau database maker. Sekarang perusahaan besar mana
yang tidak butuh seorang ahli database? Bahkan seorang pencipta
database saja tidak cukup karena di mata kuliah lainnya kita belajar
tentang manajemen koleksi yang akan berhubungan dengan kemudahan temu
kembali dokumen. Ini yang membuat kita mempunyai nilai plus dari
sarjana ilmu komputer. Jadi mata kuliah dasar-dasar organisasi informasi
(DOI) dan kosakata indeks itu gunanya banyak sekali dalam mempersempit
pencarian database. Selain itu kita bisa menjadi website designer (teknologi multimedia) hingga manajer (manajemen rekod/arsip), secara kita belajar manajemen juga kan?
Seorang pustakawan yang konon katanya banyak dicari emang benar! Apalagi jika perusahaan sudah go public
mereka harus mempunyai tatanan dokumen dan arsip yang lengkap dan rapi
untuk proses temu kembali. Bayangkan jika sebuah dokumen saham salah
letak, bisa berabe deh! Ada juga yang bekerja sebagai pencari informasi
(ahli informasi), arsiparis, ahli manajemen, dan kalau kita berprestasi
biasanya kita disekolahin lagi untuk S-2. Makanya lulusan ilmu
perpustakaan nggak melulu kerja di perpustakaan tetapi hampir seluruh
lembaga pemerintah dan swasta serta kedubes-kedubes asing. Di samping
itu, masih sangat banyak perpustakaan yang jumlahnya ribuan, baik
perpustakaan perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah, perpustakaan umum
maupun khusus, yang belum mempunyai karyawan berpendidikan formal
tingkat sarjana dalam bidang perpustakaan dan informasi. Itulah nanti
gunanya kita kuliah praktik kerja lapangan di perpustakaan dan arsip
instansi mana saja agar selain bisa mempersiapkan diri di dunia kerja
juga berperan aktif dalam mengembangkan organisasi instansi itu sendiri.
Bahkan jika kita mempunyai inisiatif dan sikap yang kreatif sebagai
mahasiswa, kita bisa membuat sebuah proyek bersama dosen dalam
mengembangkan perpustakaan dan kearsipan suatu lembaga yang selain dapat
mengaplikasikan ilmu kita di masyarakat juga dapat mempertebal kantong
kita! Hhehe…
Itu
mungkin prospek seorang sarjana perpustakaan yang bisa gue jelasin
untuk sementara. Memang nggak sedikit seorang sarjana perpustakaan yang
berpindah haluan dari yang seharusnya menjadi seorang pustakawan. Tapi
di luar negeri semua orang berbondong-bondong menjadi pustakawan dan
dianggap hebat! Karena pustakawan itu adalah pekerjaan yang lebih mulia
dari dokter dan guru. Jika seorang dokter mengobati orang sakit.
Kitalah yang menyediakan mereka informasi bagaimana menyembuhkan orang
sakit. Jika guru mengajari muridnya. Kitalah yang menjadi penjaga
sumber ilmu guru tersebut. Dan enaknya lagi selagi kita bekerja, kita
bisa sambil belajar karena ilmu dari konten jurusan ini beragam dan
bermacam-macam. Makanya tidak ada ruginya menjadi pustakawan.
Kalau kalian masih ragu dengan jurusan ini, carilah lulusan atau fresh graduate ilmu
perpustakaan UI yang nganggur dalam waktu lebih dari setahun. Jarang
banget loh! kecuali emang IPK-nya benar-benar begitu deh… hehehe…
Minggu, 07 Oktober 2012
Rekrutmen Politik
- Pengertian Rekrutmen Politik
Rekrutmen
politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara.
Karena proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan
fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga-lembaga yang
ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik
tergantung pada kualitas rekrutmen politik.
Rekrutmen
politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada lembaga-lembaga
politik, termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi oleh
orang-orang yang akan menjalankan kekuasaan politik (Suharno, 2004:
117). Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu rekrutmen yang
terbuka dan tertutup. Dalam model rekrtmen terbuka, semua warga negara
yang memenuhi syarat tertentu(seperti kemempuan, kecakapan, umur,
keadaan fisik, dsb) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki
posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara/pemerintah. Suasana
kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga
orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar
sebagai pemenangnya. Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang
keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta
nilai moral yang melekat dalam ddirinya termasuk integritasnya.
Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup , kesempatan tersebut
hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat
terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat
jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elite itu sendiri
(Suharno, 2004: 117).
- Permasalahan dalam Rekrutmen Politik
Era
reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan signifikan dalam
masyarakat politik. Dalam konteks rekrutmen politik parlemen, ada
sejumlah gejala yang tidak kondusif bagi proses membangun demokrasi. Pertama,
sistem pemilihan umum proporsional telah mengabadikan dominasi oligarki
dalam proses rekrutmen. Elite partai di daerah sangat berkuasa penuh
terhadap proses rekrutmen, yang menentukan siapa yang bakal menduduki
“nomor topi” dan siapa yang sengsara menduduki “nomor sepatu”.
Bagaimanapun pola oligarki elite itu tidak demokratis, melainkan
cenderung memelihara praktik-praktik KKN yang sangat tertutup. Pola
tidak menghasilkan parlemen yang representatif dan mandatori, melainkan
parlemen bertipe partisan yang lebih loyal kepada partai politik.
Kedua, proses
rekrutmen tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Pihak
kandidat sama sekali tidak mempunyai sense
terhadap konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya “mewakili”
daerah administratif (bukan konstituen yang sebenarnya), sehingga
pembelajaran untuk membangun akuntabilitas dan responsivitas menjadi
sangat lemah. Sebaliknya masyarakat juga tidak tahu siapa kandidat yang
bakal mewakilinya, yang kelak akan membawa dan mempertanggungjawabkan
mandat. Publik sering bilang bahwa masyarakat hanya bisa “membeli kucing
dalam karung”. Masyarakat juga tidak bisa menyampaikan voice untuk
mempengaruhi kandidat-kandidat yang duduk dalam daftar calon, karena hal
ini merupakan otoritas penuh partai politik. Proses dialog yang terbuka
antara partai dengan masyarakat hampir tidak ada, sehingga tidak ada
kontrak sosial dimana masyarakat bisa memberikan mandat kepada partai.
Masyarakat hanya memberikan “cek kosong” kepada partai yang kemudian
partai bisa mengisi seenaknya sendiri terhadap “cek kosong” itu.
Ketiga, dalam
proses rekrutmen tidak dibangun relasi (linkage)
yang baik antara partai politik dan masyarakat sipil. Masyarakat sipil
hanya dipandang secara numerik sebagai angka, bukan sebagai konstituen
yang harus dihormati dan dipejuangkan. Berbagai organisasi masyarakat
hanya ditempatkan sebagai underbow, sebuah mesin politik yang
memobilisasi massa, bukan sebagai basis perjuangan politik partai.
Sebaliknya, pihak aktivis organisasi masyarakat tidak memandang partai
politik sebagai bagian dari gerakan sosial (social movement)
untuk mempengaruhi kebijakan dan mengontrol negara, melainkan hanya
sebagai “kendaraan politik” untuk meraih kekuasaan dan kekuasaan.
Akibatnya, para anggota parlemen hanya berorientasi pada kekuasaan dan
kekayaan, bukan pada misi perjuangan politik yang berguna bagi
masyarakat. Bahkan ketika berhasil menduduki jabatan parlemen, mereka
melupakan basis dukungan massa yang telah mengangkatnya meraih
kekuasaan. Tidak sedikit anggota DPRD yang mengabaikan forum atau
partisipasi ekstraparlementer, karena mereka mengklaim bahwa DPRD
menjadi lembaga perwakilan paling absah dan partisipasi itu tidak diatur
dalam udang-undang atau peraturan daerah.
Keempat, dalam proses rekrutmen,
partai politik sering menerapkan pendekatan “asal comot” terhadap
kandidat yang dipandang sebagai “mesin politik”.
Pendekatan ini cenderung mengabaikan aspek legitimasi, komitmen,
kapasitas, dan misi perjuangan. Para mantan tentara dan pejabat diambil
bukan karena mempunyai visi-misi, melainkan karena mereka mempunyai
sisa-sisa jaringan kekuasaan. Para pengusaha dicomot karena mempunyai
duit banyak yang bisa digunakan secara efektif untuk dana mobilisasi
hingga money politics. Para selebritis diambil karena mereka
mempunyai banyak penggemar. Para ulama (yang selama ini menjadi penjaga
moral) juga diambil karena mempunyai pengikut masa tradisional. Partai
politik secara mudah (dengan iming-iming tertentu) mengambil tokoh
ormas, intelektual, atau akademisi di kampus yang haus akan kekuasaan
dan ingin menjadikan partai sebagai jalan untuk mobilitas vertikal.
Sementara para aktivis, intelektual maupun akademisi yang konsisten pada
misi perjuangannya tidak mau bergabung atau sulit diajak bergabung ke
partai politik, sebab dalam partai politik tidak terjadi dialektika
untuk memperjuangkan idealisme. Sekarang pendekatan “asal comot” yang
dilakukan partai semakin kentara ketika undang-undang mewajibkan kuota
30% kursi untuk kaum perempuan.
Kelima,
proses kampanye (sebagai bagian dari mekanisme rekrutmen) tidak diisi
dengan pengembangan ruang publik yang demokratis, dialog yang terbuka
dan sebagai arena untuk kontrak sosial untuk membangun visi bersama,
melainkan hanya sebagai ajang show of force,banter-banteran knalpot, dan
obral janji. Bagi para pendukung partai, kampanye menjadi ajang pesta
dan arena untuk menyalurkan ekspresi identitas yang kurang beradab.
Mereka bisa memperoleh “wur-wur” dalam bentuk jaket, topi, kaos,
atribut-atribut partai lain secara gratis, menerima sembako atau sekadar
uang bensin, dan lain-lain. Ketika kampanye digelar, yang hadir
hanyalah fungsionaris partai dan para pendukungnya, bukan stakeholders
yang luas untuk menyampaikan mandat dari masyarakat.
Keenam, proses
pemilihan umum dan proses rekrutmen bekerja dalam konteks “massa
mengambang”
yang kurang terdidik dan kritis. Dalam jangka yang cukup panjang
masyarakat Indonesia tidak memperoleh pendidikan politik secara sehat
sehingga menghasilkan jutaan pemilih tradisional yang sangat rentan
dengan praktik-praktik mobilisasi. Sekarang, meski ada kebebasan yang
terbuka, pendidikan politik secara sehat belum terjadi. Partai politik
tidak memainkan peran yang memadai dalam pendidikan politik kepada
masyarakat. Sampai sekarang sebagian besar rakyat Indonesia adalah silent
majority,
yang tenang, apatis (masa bodoh) dan tidak kritis dalam menghadapi
proses politik. Akibatnya budaya politik yang partisipatif (civic
culture)
belum terbangun. Kondisi seperti ini tentu saja tidakmemungkinkan
terjadinya proses rekrutmen secara terbuka dan partisipatif.(ardi)
Pengantar Ilmu Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat terkumpulnya bahan pustaka baik tercetak maupun terekam yang dikelola secara teratur dan sistematis, disamping itu perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil bidaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan bangsa dan menunjang pelaksanan pembangunan nasional. Hal ini tertuangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 45 (ayat 1) yang menyebutkan bahwa Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan saraana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi pisik, kecerdasan intelektual, soosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Sarana yang dimaksud meliputi perpustakaan, laboratorium,dan sarana lain untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar,berdasarkan hal tersebut, guna memberikan layanan secara merata kepada masyarakat untuk memanfaatkan perpustakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang berhasil guna dan berdaya guna.
Perpustakan harus mempunyai daya tarik baik lokasinya, koleksi
dan tega yang profesional. Perpustakaan secara umum adalah institusi
mengumpulkan bahan pustaka dan pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak dan/atau karya rekam secara professional dengan system yang baku
guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian , informasi
dan rekreasi para pemustaka atau tempat mengumpulkan bahan pustaka baik
tercetak maupun terekam yang dikelola secara teratur dan sistematis
untuk didayagunakan oleh Pemustaka.sedangkan yang dimaksud Perpustakaan
Sekolah adalah suatu unit kerja yang berada pada lembaga pendidikan
sekolah, yang merupakan bagian integral dari sekolah dan merupakan
sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah.
Perpustakaan menyediakan tempat atau ruang serta sarana untuk kegiatan
belajar masyarakat dan pengguna perpustakaan yang tenang, nyaman,
sehingga pengguna betah belajar di perpustakaan. Dengan demikian dapat
mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca pada masyarakat
pengguna perpustakaan maupun masyarakat luas pada umumnya.
Perpustakaan membantu masyarakat pengguna untuk mengembangkan bakat, ketrampilan, minat dan kegemaran serta membiasakan masyarakat untuk mencari informasi yang diperlukan. Di perpustakaan Penyediaan koleksi hendaknya merupakan dimana masyarakat memperoleh rekreasi yang sehat dan menyenangkan serta mendidik . Disamping itu perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, membantu dalam penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan serta tempat rekreasi yang sehat bagi pemustaka. Perpustakaan juga berfungsi melestarikan hasil karya bangsa. Perpustakaan juga bertugas untuk membantu pemustaka dalam mengembangkan minat, bakat,kegemaran, kemampuan, serta kebiasaan membaca menuju kebiasaan mandiri.
Perpustakaan membantu masyarakat pengguna untuk mengembangkan bakat, ketrampilan, minat dan kegemaran serta membiasakan masyarakat untuk mencari informasi yang diperlukan. Di perpustakaan Penyediaan koleksi hendaknya merupakan dimana masyarakat memperoleh rekreasi yang sehat dan menyenangkan serta mendidik . Disamping itu perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, membantu dalam penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan serta tempat rekreasi yang sehat bagi pemustaka. Perpustakaan juga berfungsi melestarikan hasil karya bangsa. Perpustakaan juga bertugas untuk membantu pemustaka dalam mengembangkan minat, bakat,kegemaran, kemampuan, serta kebiasaan membaca menuju kebiasaan mandiri.
Ilmu perpustakaan
Ilmu perpustakaan (Inggris: library science) adalah bidang interdisipliner yang menggabungkan ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu terapan untuk mempelajari topik yang berkaitan dengan perpustakaan. Ilmu perpustakaan ini mempelajari mengenai cara pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan sumber informasi yang ada di suatu perpustakaan, serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis dari informasi pada umumnya.
Pada mulanya ilmu perpustakaan lebih membahas mengenai ilmu
pengarsipan. Hal ini berkaitan dengan cara penataan sumber informasi
dengan sistem klasifikasi perpustakaan dan teknologi untuk mendukung
maksud ini. Topik ini juga berkaitan dengan bagaimana pengguna jasa
informasi ini mengakses, menelusuri, dan memanfaatkan informasi. Dan
satu aspek lagi yang tidak kalah penting adalah etika dalam penataan dan
pelayanan informasi, serta status legal dari suatu perpustakaan sebagai
sumber informasi.
Secara akademis, mata kuliah dalam ilmu perpustakaan biasanya
meliputi: manajemen koleksi, sistem informasi dan teknologi, kataloging,
klasifikasi, cara pengawetan, referensi, statistika dan manajemen. Ilmu
perpustakaan juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi komputer,
oleh karena itu topik tentang sistem informasi manajemen, manajemen
basis data, arsitektur informasi, dan manajemen pengetahuan juga menjadi
bagian mata kuliah penting dalam pembahasan ilmu perpustakaan menuju
suatu perpustakaan digital.
Langganan:
Postingan (Atom)